Kajian Perencanaan Infrastruktur Energi di Mamberamo Papua

Juni 28, 2018 pukul 10:27 am | Ditulis dalam Book | Tinggalkan komentar
Tag: ,

Agus Sugiyono, Edi Hilmawan, Joko Santosa, Suryo Busono, dan Agus Nurrohim (Editor) Kajian Perencanaan Infrastruktur Energi di Mamberamo Papua, PTKKE-BPPT, Jakarta, 2012.

Abstrak

Dalam perencanaan pembangunan PLTA salah satu faktor utama adalah adanya kebutuhan energi listrik. Mengingat saat ini belum ada industri di Kabupaten Mamberamo Raya maka kebutuhan energi listrik yang ada saat ini masih sangat kecil dan belum dapat menjadi penggerak pembangunan PLTA. Dengan menerapkan skenario mengembangkan industri padat energi maka dapat diciptakan kebutuhan energi listrik sehingga memungkinkan dilakukan pembangunan PLTA di DAS Mamberamo. Pembangunan PLTA dan industri padat energi tersebut mempunyai skala yang besar sehingga harus dilakukan secara terpadu dengan tahapan pengembangan yang rinci serta perlu memperhatikan semua aspek termasuk sosial dan lingkungan.

Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah pusat dapat digunakan sebagai kebijakan untuk mendukung pengembangan industri di Kabupaten Mamberamo Raya ini. Kebijakan tersebut diantaranya adalah UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menegaskan bahwa pada tahun 2013 setidaknya sebagian hasil tambang nasional sudah harus diproses secara lokal. Dengan demikian industri smelter untuk memproses bauksit atau alumina menjadi aluminium merupakan salah satu terobosan untuk memanfaatan potensi PLTA yang sangat besar di wilayah Sungai Mamberamo.

Smelter aluminium yang direncanakan mempunyai kapasitas 225 ribu ton per tahun dengan biaya investasi sebesar 558,9 juta dolar. Kebutuhan kapasitas pembangkit diprakirakan sebesar 460 MW. Lokasi industri dipilih di sekitar Pelabuhan Sarmi sehingga diperlukan jaringan transmisi listrik sepanjang 111 km. Pengelolaan industri smelter yang terpadu dengan PLTA ini dapat diusulkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yang mempunyai berbagai insentif. Pengembagan industri ini diharapkan dapat menjadi multiplier bagi pertumbuhan ekonomi sehingga secara bersama-sama dapat dikembangkan sektor perekonomian lainnya seperti: pendidikan, rumah sakit dan industri pariwisata.

Dengan mengasumsikan umur operasinya 25 tahun, discount rate 10%, harga listrik 5,37 cent$/kWh, dan biaya transmisi 1,9 cent$/kWh maka nilai keekonomian industri aluminium dapat ditentukan. Dengan kondisi tersebut, keuntungan tahunan diprakirakan sebesar 89,96 juta dolar per tahun, dengan IRR sebesar 22%, NPV sebesar 866,2 juta dolar dan break event point setelah 8 tahun. Dengan mempertimbangkan adanya ketidakpastian di masa mendatang maka dibuat beberapa sensitivitas analisis dengan perubahan harga parameter biaya pembangkitan, harga jual produk aluminium ingot, dan discount rate. Bila biaya pembangkitan (termasuk transmisi) makin mahal maka keuntungan yang didapat akan semakin kecil. Bila biaya pembangkitan di atas 7,4 cent$/kWh maka pembangunan industri smelter sudah tidak layak lagi.


Donation


If you feel that this paper is valuable for you, please give donation to:
Agus Sugiyono
Bank Bukopin – Kebayoran Baru Branch
Jl. R.S. Fatmawati No. 7, Jakarta, INDONESIA
Account No. 070-100-7743
Bank Code: 441
SWIFT Code: BBUKIDJA
It will support our future research. Thank you very much.


<Download full paper>

 

Tinggalkan sebuah Komentar »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.